Senin, 08 Mei 2017

Ujian yang Sebenarnya


Selasa, 2 Mei 2017 Euforia kelulusan dirayakan oleh seluruh siswa SMA hingga ke pelosok negeri . Rasa bangga, haru, dan gembira lebur terekspresikan dengan sujud syukur. Guru dan orang tua pun turut bahagia.
Kelulusan ditentukan oleh sekolah,berdasarkan hasil rapat pleno dewan guru dengan mengevaluasi   hasil  proses pembelajaran selama 3 tahun, sedangkan UN sebagai salah satu syarat siswa lulus dan oleh Kemdikbud dijadikan sebagai data pemetaan kemampuan siswa SMA di Indonesia.
Kelulusan SMA adalah bukti pencapaian target pembelajaran sekaligus tiket masuk ke gerbang perguruan tinggi. Tak heran bila kelulusan adalah adalah moment yang didamba oleh siswa dan orang tua.
Kelulusan adalah istimewa, saking istimewanya, banyak yang mempersiapkan agenda kegiatan di hari kelulusan. Seperti di sekolah kami, para orang tua membuat acara tasyakuran sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas lulusnya putra-putri tercinta. Ada juga yang mengungkapkan rasa syukurnya dengan membagikan nasi kotak ke orang-orang di jalan.


Namun betapa mirisnya bila tujuan utama sekolah hanya terpaku pada pengumuman kelulusan, kurang memaknai proses yang dijalani sehari-hari. Hingga  berlebihan dalam merespon kelulusan dengan berbagai perilaku negatif yang mengabaikan  norma seperti  mencoret-coret baju, kebut-kebutan hingga tawuran.
Bila ini yang terjadi betapa hakekat utama tujuan pendidikan terdangkalkan dari makna yang sesungguhnya.
Kelulusan adalah akibat dari rangkaian proses yang dijalani selama 3 tahun dan  menyadarkan kita bahwa sejatinya pencapaian tujuan pendidikan  ada di hari-hari ketika menjalani proses pembelajaran di sekolah. Mampu berkreasi meski dalam keterbatasan, mampu mengendalikan diri bila sedang emosi, mampu mencari solusi disaat kerumitan menghampiri, berpositif thinking disaat ujian terberat melanda, bertekad tuk terus mengupgrade skill  adalah contoh karakter yang mampu mengantarkan siswa kita menjadi pemenang dalam kehidupan.
Membentuk karakter siswa diibaratkan seperti menamam tanaman. Memastikan  tercukupi kebutuhan air dan nutrisinya setiap hari. Faktor yang mempengaruhi juga patut diperhatikan seperti cahaya, suhu dan kelembaban. Dan proses perawatan itu ditelateni hingga membuahkan hasil. Proses perawatan sehari-hari yang baik akan lebih berpeluang manghasilkan buah yang baik, dibandingkan bila perawatannya hanya di ujung waktu ketika mau berbuah.
Perlu dibangun kesamaan tujuan dan persepsi antara guru dan siswa. Bahwa hari-hari di sekolah sebagai usaha untuk untuk meningkatkan kapasitas bukan hanya otak tapi juga ruhiyahnya. Sehingga indikator keberhasilan pendidikan tidak terpaku pada keberhasilan di ranah akademis-kognitif namun juga keberhasilan di ranah kepribadian atau karakter.
Terbangunnya sikap yang baik memerlukan keteladanan guru secara konsinten dan berkesinambungan. Pendidikan, pengajaran,dan  keteladanan senantiasa berjalan beriringan. Mempersiapkan mental siswa agar lebih mampu memaknai bahwa proses pendidikan adalah bagian dari pembentukan diri untuk menuju pribadi insan kamil.
Mengawali hari dengan niat baik,  melakukan yang terbaik, mengharap ridha dan berkah Allah SWT semata tuk menunaikan amanah guna mencetak generasi penerus bangsa menjadi  para juara kehidupan adalah tugas mulia para guru saat ini. ***

Senin, 01 Mei 2017

Guru Harus Terus Belajar




Tujuan pendidikan di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Suatu hal yang wajar bila guru menguasai materi pelajaran yang ada di dalam buku pelajaran. Dan itu memang salah satu kompetensi guru yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Namun terus memperkaya diri dengan pengetahuan dan wawasan sebagai ikhtiar memperluas spektrum kebermanfaaatan dalam dunia pendidikan adalah hal yang istimewa.

Salah satu momentum perayaan  hari Kartini dalam dunia pendidikan saat ini  adalah dengan menyadarkan diri kita sebagai seorang pendidik untuk terus meningkatkan kapasitas dan kompetensi kita.
Karena kita semua menyadari bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang. Seirama dengan perkembangan zaman. Oleh karenanya proses pembelajaran baik dari sisi pengetahuan guru maupun metodologi mengajarnya pun harus dinamis dan progressif. Setiap harinya adalah evaluasi guna menghasilkan perbaikan di semua lini pembelajaran.

Sebagaimana tujuan pendidikan seorang guru harus mampu membangun karakter siswa, hingga kokoh dalam iman dan luas dalam pengetahuan. 
Disela-sela kesibukan kita sebagai seorang guru, kita harus memaksa diri untuk mampu merancang  strategi dan  mengelola waktu kita  untuk me recharge pengetahuan kita.

Berikut tiga hal sederhana untuk meningkatkan kompetensi kita sebagai guru :
Pertama : Training,  melalui training khususnya tentang kependidikan menambah dapat wawasan baru atau setidaknya kembali merefresh wawasan kita. Dalam training selain kita bisa saling berdiskusi dengan peserta lainnya, semangat untuk saling menumbuhkan motivasi dan bertukar ide melalui tatap muka langsung adalah hal berharga yang semakin jarang kita dapatkan saat ini. Karena komunikasi langsung dan  nyata telah termayakan oleh gadget.
Contohnya di Fajar Hidayah, setiap guru baru wajib mengikuti Basic Training,  sebagai bekal bagi sang guru untuk terjun di kelas. Materi yang diberikan tentang Character Building,  manajemen kelas, Self Esteem,  ilmu dasar yang bersifat universal seperti Sains, Bahasa, Math dan juga keislaman. 



Guru senior menjadi  trainer yang mengisi training sekaligus mendampingi guru yunior dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

Kedua : Menulis , sudah saatnya guru berbagi pengalaman melalui tulisan. Selain memberikan manfaat bagi yang membacanya, menulis memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, karena dengan menulis maka kapasitas seorang guru dapat terupgrade. Guru yang rajin menulis otomatis akan rajin membaca dan tentunya akan berimplikasi pada bertambahnya wawasan dan pengetahuannya.
Agar senantiasa termotivasi untuk menulis, kita dapat bergabung dengan komunitas guru penulis, misalnya Agupena (Asosiasi Guru Penulis Nasional). 

Ketiga : Jalan-jalan, ternyata jalan-jalan mampu memberikan manfaat ganda bagi guru. Selain sebagai sarana refreshing menghilangkan kepenatan dalam menjalankan rutinitas, jalan-jalan berpeluang menghadirkan hal baru sebagai tambahan ide bagi guru untuk lebih kreatif. Misalnya menghadiri suatu pameran.
Beberapa saat yang lalu kebetulan penulis berkesempatan menghadiri pameran tentang agriculture di JCC Senayan, Jakarta. Begitu banyak ilmu mengenai cara budidaya tanaman sayuran dan buah-buahan secara modern. Bagi penulis ini adalah hal yang istimewa, karena selaras dengan mata pelajaran yang penulis ampu di sekolah, yaitu Biologi. Siswa pun mendapatkan ilmu baru sebagai aplikasi dari yang penulis dapatkan.


Guru mendidik dan belajar sepanjang hayat...****

Pembelajaran Berbasis Karakter





Selasa pagi ini seperti biasa aku berkumpul bersama 8 muridku untuk tilawah, dzikir Al Matsurat dan sholat Dhuha. Di koridor lantai 4 gedung Umar Sekolah Fajar Hidayah mulai pukul 07.00-08.00 adalah agenda rutin kami 3 kali sepekan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis. Seluruh siswa dalam kelompok-kelompok kecil (halaqah) bersama satu guru pendamping.

Bagi siswa yang sudah baik tilawahnya dipromosikan oleh guru pendampingnya untuk bergabung ke dalam kelompok tahfidz khusus.  kelompok tahfidz khusus dibimbing oleh guru yang sudah hafidz 30 juz.

Saya ingin mengupas sisi pengembangan karakter yang didapat dari  kegiatan pagi (baca: tilawah, dhuha dan almatsurat) di sekolah kami. Khususnya dalam hal memaksimalkan pengembangan soft skill siswa. 

Disiplin
Setiap harinya siswa dan guru memulai tilawah pukul 07.00 pagi, diawali dengan membaca dzikir al matsurat secara bersama-sama. Setelah dzikir selesai dilanjutkan dengan tilawah. Satu persatu guru menyimak bacaan siswa sambil memberikan koreksi bacaan, baik hukum tajwidnya dan juga tahsinnya. Dan akan terus diulang hingga siswa membaca dengan benar. Disiplin dalam panjang-pendek serta pengucapan makharijul  huruf yang tepat harus dijaga selama tilawah. Di saat seorang siswa sedang tilawah maka siswa lainnya melaksanakan shalat dhuha. Khusus kelompok saya - setiap siswa tilawah minimal satu halaman al quran, dengan jumlah  8 siswa, kegiatan selesai tepat pukul 08.00. Guru pendamping mencatat nama surat dan batasan ayat yang dibaca setiap harinya dalam lembar pemantauan tilawah harian. 

Percaya diri
Melakukan kesalahan dalam proses adalah hal yang wajar. Disitulah siswa belajar dan menyadari makna ikhtiar, berusaha untuk terus mencoba hingga lancar tilawah sebagai upaya membangun kepercayaan diri siswa. 

Sabar
Untuk dapat tilawah dengan lancar siswa harus sabar dalam melatih dirinya agar terus meningkat kualitas bacaannya dan tentunya hal itu membutuhkan ketekunan dan komitmen yang kuat dari dalam diri. Dan motivasi yang terlahir dari dalam diri ( intrinsik) disinyalir lebih efektif dibandingkan dengan motivasi karena pengaruh luar (ektrinsik).

Tanggung jawab
Dalam kegiatan pagi, setiap siswa hendaknya menunaikan tiga hal ( dzikir almatsurat, tilawah dan shalat dhuha). Dan akan menjadi bagian evaluasi penilaian yang diintegrasikan dalam penilaian Pelajaran Agama Islam ( PAI) di akhir semester. Melalui pembiasaan untuk menunaikan kewajiban setiap harinya diharapkan  tumbuh menjadi karakter tanggung jawab dalam diri siswa. 

Kerja keras
Setiap siswa berkesempatan untuk naik ke jenjang tahfidz khusus, dengan syarat kualitas tilawahnya sudah baik. Pencapaian ini  menjadi reward bagi mereka. Tergabung ke dalam tahfidz khusus dinilai sebagai hal yang membanggakan oleh siswa. Dan mereka menyadari betul  untuk tergabung ke dalam kelompok tahfidz khusus harus ada usaha lebih yang dilakukan.


Kualitas pendidikan adalah tiang penyangga kemajuan suatu bangsa. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan adalah mampu melahirkan generasi yang berkarakter.  Baik buruknya  (baca : kualitas pendidikan) ditentukan oleh proses yang dilakukan di sekolah. Orientasi proses pendidikan yang mengarah pada pengembangan karakter siswa seyogyanya menjadi target di setiap pembelajaran. Karena memang peran utama seorang guru adalah mendidik, bukan mengajar. 

Sekolah sabagai inkubator yang mampu menumbuhkan jiwa patriotisme generasi harapan bangsa  akan lebih mudah terealisasi bila prinsip progesivitas dalam Islam dimaknai dengan benar. Sabagaimana Allah telah berfirman dalam surat Al Ashr ayat 1-3 : " Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran. Dan nasihat menasihati supaya menetapi kebenaran". 
****